Menghidupkan Sunnah, Menebar Hidayah

sebab terhalangnya hidayah - dinding penghalangKebutuhan kita terhadap hidayah merupakan kebutuhan yang paling mendasar. Hidayah merupakan karunia terbesar dari Alloh Robbul ‘alamin. Beruntunglah mereka yang telah mendapatkannya dan merugilah mereka yang tidak mendapatkannya.

Alloh subhanahu wata’ala tidak hanya memerintahkan setiap hambaNya untuk menempuh jalan hidayah, bahkan dengan kasih sayangNya Ia menyediakan sarana untuk mendapatkan hidayah. Sarana untuk meraih hidayah taufik adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Namun sangat disayangkan banyak orang yang tidak mau menuntut ilmu syar’i, atau banyak orang pula yang telah mengenal Islam (tahu akan ilmu syar’i) tetapi tidak mau tunduk dan enggan mengamalkan hukum-hukumnya. Berikut adalah sebab-sebab yang dapat menghalangi seseorang dari meraih Hidayah.

  • Istikbar (takabur)

Sebab pertama terhalangnya seseorang dari Hidayah adalah al- Istikbar (sombong/tinggi hati). Sebagaimana yang didefinisikan oleh Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam :

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim no. 91)

Berapa banyak kisah-kisah dari al-Qur’an yang menjelaskan kesombongan para pelaku kekufuran dalam menerima hidayah dalam bentuk penjelasan dan ajakan dari para Rosul -Rosul Alloh subhanahu wata’ala. Di antaranya Allah subhanahu wata’ala berfirman,

Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Berimanlah kamu sebagaimana orang- orang telah beriman,’ Mereka berkata,’Apakah kami harus beriman sebagaimana orang orang bodoh telah beriman.’ Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang- orang yang bodoh, tetapi mereka tidak mengetahui.” (QS. al -Baqoroh [2] : 13)

Kesombongan mereka ketika diseru untuk mentauhidkan Alloh subhanahu wata’ala membuat hati mereka mengeras laksana batu, bahkan lebih keras lagi sehingga Alloh subhanahu wata’ala tidak berkenan menurunkan hidayah kepada mereka.

  • Al -I’rodh (berpaling dari kebenaran)

Al-I’rodh dalam bahasa Arab adalah berpalingnya wajah dari sesuatu. Karena diambil dari kata al ‘Aridh yaitu bagian sisi dari pipi kita. Lihatlah orang yang membenci sesuatu, pasti memalingkan wajahnya dari sesuatu yang dibencinya itu..

Alloh subhanahu wata’ala menggambarkan orang-orang yang mu’ridh dari ayat-ayat Alloh ta’ala  dengan 3 sifat dasar;

Pertama: Berpaling dari adz- Dzikr

Yang dimaksud ad-Dzikr yaitu wahyu, baik Al Qur’an maupun As-Sunnah, tidak meliriknya bahkan tidak membutuhkannya. Berpaling darinya dengan sikap orang yang tak membutuhkannya.

Kedua: Takdzib (mendustakan kebenaran)

Sikap berpaling yang paling berat adalah takdzib. Sikap takdzib lebih berat daripada sikat istikbar. Karena orang yang berpaling bisa jadi karena lalai tanpa takdzib, tanpa menentang atau mengolok-olok..

Alloh subhanahu wata’ala menegaskan dalam firmanNya,

Dan siapakah yang lebih dzolim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat dari Robbnya lalu dia berpaling daripadanya dan melupakan apa yang dikerjakan oleh kedua tangannya. Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (QS. al -Kahfi [18]: 57)

Ketiga: Istihza’ (mengolok olok)

Dan apabila mereka  melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai bahan ejekan (dengan mengatakan) inikah orang yang diutus Alloh sebagai Rosul ?” (QS. al-Furqon [25] : 41)

Perbuatan dan ucapan merupakan refleksi dari keyakinan dan apa yang ada di dalam hati, ketika seseorang melontarkan ejekan, hinaan bahkan cacian, maka hal itu merupakan bukti dari kebencian yang tertanam di dalam hati mereka. Bahkan apa yang tersembunyi di hati mereka jauh lebih besar dari apa yang dapat mereka tampakkan. Ketika yang mereka olok – olok adalah bagian dari agama yang mulia ini, seperti syiar Islam berupa sholat, thowaf, puasa, haji, hijab dll, maka ia telah membuat dinding tebal yang menghalangi dirinya dengan kebaikan Islam. Namun ironisnya, terkadang ejekan lahir dan terucap dari sebagian umat Islam yang belum mengenal ajaran Islam dengan baik. Contohnya ketika ada seorang muslimah yang menyempurnakan hijabnya dengan memakai cadar, mereka segera mengernyitkan dahi. Ketika ada yang mengajak agar kembali kepada sunnah Rosululloh shalallahu’alaihi wasallam, mereka justru memvonisnya sebagai orang yang sesat. Padahal tidak ada toleransi dalam mengejek ajaran Islam.

Alloh ta’ala berfirman,

Sesungguhnya orang yang berdosa adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang yang beriman. Dan apabila orang beriman berlalu di hadapan mereka, mereka saling mengedipkan matanya.” (QS. al – Muthoffifin [83] : 29-30)

Segala bentuk keberpalingan, baik berupa berpaling dari wahyu berupa Al-Qur’an maupun Hadits Rosululloh shallallahu’alaihi wasallam, mendustakan dan memperolok – olok ajaran Islam  akan menghalangi datangnya hidayah kepada seseorang. Akibat yang paling buruk dari berpalingnya seseorang dari Hidayah dalam bentuk penjelasan adalah terhalangnya hidayah taufiq. Ketika mereka menutup pendengaran, penglihatan dan hati mereka dari penjelasan yang berasal dari wahyu Alloh ta’la, maka Alloh subhanahu wata’ala menjadikan dinding penghalang di depan dan belakang mereka sehingga mereka selamanya terhalang dari kebenaran sampai ajal menjemput (wal ‘iyadzu billah).

Alloh ta’ala berfirman,

Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.” (QS. Yasin [36] : 9-10)

  • Membuat-buat Syariat Baru

Syariat Islam sejak terputusnya wahyu dan wafatnya Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam telah sempurna, sehingga tidak ada seorangpun yang berhak menambah atau mengurangi kesempurnaan ajaran Islam. Syariat apapun yang tidak didapati di saat Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam hidup, maka ia bukanlah Islam.  Karena ajaran tersebut tidak pernah dicontohkan, tidak pernah diperintahkan mengerjakannya dan tidak pernah mendapat legitimasi (takrir) oleh Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam. Pembuat syariat baru telah menyaingi Alloh dan RosulNya dalam tasyri’ (penentuan bentuk peribadatan), padahal hanya Allah subhanahu wata’ala  dan RosulNya shallallahu ‘alaihi wasallam yang menentukan Ibadah dan  menjelaskannya, baik cara, waktu dan bilangannya.

Alloh ta’ala berfirman,

Katakanlah: “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”  Yaitu orang-orang yang Telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. al- Kahfi [18] : 103 -104)

Salah satu perbuatan yang tidak pernah dicontohkan oleh Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ritual sedekah bumi, tolak bala’ dan ruwatan, yaitu dengan berkorban untuk selain Alloh ta;ala seperti melarungkan kepala kerbau dan makanan ke laut sebagai bentuk syukur atau penolak bala. Terkadang segala bentuk ritual kesyirikan ini di sisipi dengan doa-doa dalam bahasa Arab. Mereka melakukan hal ini karena meyakini ada yang mengendalikan kekuatan alam -seperti  gunung dan lautan-, serta mendatangkan manfaat atau menolak mudhorot selain Alloh ta’ala. Keyakinan seperti ini sangat bertentangan dengan akidah yang sohih. Namun dengan bermacam alasan mereka meyakini yang mereka lakukan tidak bertentangan adengan akidah, keyakinan bahwa mereka berada di atas kebenaran dengan bermacam alasannya ini menjadi penghalang datangnya hidayah.

—-

Artikel ELSUNNAH.wordpress.com

Jika Anda menyukai artikel ini, mohon like FB Fans Page ELSUNNAH
dan bagikan artikel melalui tombol sosial media dibawah artikel ini.

Like ✔ Share ✔ Comment ✔

iklan2

Tinggalkan komentar

Awan Tag