Menghidupkan Sunnah, Menebar Hidayah

sayyidul istighfar (( اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ، فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ ))

Artinya: “Ya Alloh, Engkaulah Robb-ku, tiada Ilah selain-Mu. Engkau telah menciptakanku, dan aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perjanjian dengan-Mu sepenuh kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang aku lakukan. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku, dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku, karena tak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau”. (HR. Bukhori).

Istighfar (permohonan ampunan kepada Alloh ) adalah salah satu ibadah yang sangat mulia, dan dicintai Alloh , dimana orang yang senantiasa melakukannya, yaitu dengan bertaubat, memohon rahmat dan ampunan dari-Nya akan menjadi hamba yang dicintai oleh-Nya.

Istighfar juga merupakan ibadah yang seharusnya dilakukan secara rutin oleh seorang mukmin, dimana ia senantiasa membasahi lisannya dan mengisi relung dadanya dengan harapan yang membumbung tinggi atas ampunan Alloh .

Rosululloh  menjelaskan lafaz istighfar yang paling baik, paling utama dan paling sempurna, dimana beliau menamakannya sebagai “Sayyidul istighfar” (istighfar terbaik), sebagaimana lafaz tersebut diatas.

Beliau  juga menjelaskan keutamaan istighfar ini dalam lanjutan hadits tersebut:

((مَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوْقِنًا بِهَا، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوْقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ))

Barangsiapa mengucapkannya di siang hari dengan meyakini kandungannya, lalu ia meninggal sebelum sore hari maka ia termasuk penduduk surga. Barangsiapa mengucapkannya di malam hari dalam keadaan meyakini kandungannya, lalu ia meninggal dunia sebelum pagi hari, maka ia termasuk penduduk surga”. (HR. Bukhori).

Lafazh Sayyidul istighfar ini mengandung makna yang sangat tinggi, dimana dengannya seorang hamba mengakui hak rububiyyah dan uluhiyyah bagi Alloh , merendahkan diri dan merasa sangat butuh kepada-Nya, dan mengakui segala bentuk kenikmatan dari-Nya. Disaat yang sama, seorang hamba juga mengakui segala dosanya seraya memohon ampunan dari-Nya semata.

Penulis: Ust. Ali Maulida, S.S., M.Pd.I. (alimaulida.wordpress.com)

Artikel ELSUNNAH.wordpress.com

Jika Anda menyukai artikel ini, mohon like FB Fans Page ELSUNNAH
dan bagikan artikel melalui tombol sosmed dibawah artikel ini.
Like, Share, and Comment

Tinggalkan komentar

Awan Tag