Menghidupkan Sunnah, Menebar Hidayah

Posts tagged ‘riya’

Menata Hati – Riya Penghapus Amalan

[audio http://archive.org/download/RiyaPenghapusAmalan/RecordedAudioJul-06-200902-29-23PmRiya.mp3]

Download

menata hati - riya penghapus amal

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari jalan Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda:

”Sesungguhnya orang yang pertama akan diadili oleh Allah adalah seorang yang mati syahid (di mata manusia), maka orang ini didatangkan (menghadap Allah), diberitahukan kepadanya nikmat-nikmatnya dan iapun mengetahuinya. Maka Allah bertanya kepadanya, ”Apa yang engkau lakukan di dalam nikmat tersebut?” Maka ia menjawab, ”Sungguh aku telah berperang karena Engkau, sehingga aku mati syahid.” Maka Allah berfirman, ”Engkau dusta. Akan tetapi, engkau berperang supaya dikatakan pemberani, dan pujian itu telah engkau dapatkan,” kemudian orang ini diperintahkan agar dicampakkan wajahnya ke dalam api neraka. (lebih…)

RIYA’ DALAM BERIBADAH

Di antara syarat diterimanya amal shaleh adalah bersih dari riya’ dan sesuai dengan sunnah. Orang yang melakukan ibadah dengan maksud agar dilihat oleh orang lain, maka ia telah terjerumus kepada perbuatan syirik kecil, dan amalnya menjadi sia-sia belaka. Misalnya melaksanakan shalat agar dilihat orang lain.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan Allah. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (Q.S; An Nisaa’: 142).

Demikian pula jika ia melakukan suatu amalan dengan tujuan agar diberitakan dan didengar oleh orang lain, maka ia termasuk syirik kecil. Rasulullah Shallallahu’alaihi wassala memberikan peringatan kepada mereka dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu:

“Barangsiapa melakukan perbuatan sum’ah (ingin didengar oleh orang lain), niscaya Allah akan menyebarkan aibnya, dan barang siapa melakukan perbuatan riya’, niscaya Allah akan menyebarkan aibnya”. (Hadits riwayat Muslim, 4/ 2289.)

Barang siapa melakukan suatu ibadah tetapi ia melakukannya karena mengharap pujian manusia di samping ridha Allah Subhanahu wata’ala, maka amalannya menjadi sia-sia belaka, seperti disebutkan dalam hadits qudsi :

“Aku adalah yang Maha Cukup, tidak memerlukan sekutu, barang siapa melakukan suatu amalan dengan dicampuri perbuatan syirik kepada-Ku, niscaya Aku tinggalkan dia dan (tidak Aku terima) amal syiriknya”. (Hadits riwayat Muslim, hadits; No : 2985.)

Barang siapa melakukan suatu amal shaleh, tiba-tiba terdetik dalam hatinya perasaan riya’, tetapi ia membenci perasaan tersebut dan ia berusaha untuk melawan serta menyingkirkannya, maka amalannya tetap sah.

Berbeda halnya jika ia hanya diam dengan timbulnya perasaan riya’ tersebut, tidak berusaha untuk menyingkirkan dan bahkan malah menikmatinya, maka menurut jumhur (mayoritas) ulama, amal yang dilakukannya menjadi batal dan sia-sia.

Sumber:

“Dosa-dosa yang Dianggap Biasa” oleh Syeikh Muhammad bin Shaleh al Munajjid Bab 2 RIYA’ DALAM BERIBADAH

Awan Tag