Menghidupkan Sunnah, Menebar Hidayah

Sholat Sunnah Rowatib.

Sholat sunnah adalah ibadah yang sangat agung, dapat menambal kekurangan dalam sholat fardu, mendapatkan kebaikan selama berada dalam sholatnya, dan meraih kecintaan dari Alloh.

Sholat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah sholat fardu disebut dengan sholat sunnah rowatib yaitu: dua atau empat rokaat sebelum dan sesudah sholat dzuhur, dua atau empat rokaat sebelum ashar, dua rokaat sesudah sholat magrib dan dibolehkan juga sholat sunnah sebelum sholat magrib, dua rokaat sesudah sholat isya dan dua rokaat sebelum sholat shubuh.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَليَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (( إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ اْلعَبْدُ اْلمُسْلِمُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ الصَّلاَةُ الْمَكْتُوْبَةُ فَإِنْ أَتَمَّهَا وَإِلاَّ قِيْلَ أُنْظُرُوْا هَلْ لَهُ مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ أَكْمَلَتِ اْلفَرِيْضَةُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ يَفْعَلُ بِسَائِرِ الْأَعْمَالِ اْلمَفْرُوْضَةِ مِثْلُ ذَلِكَ ))

Dari Abu hurairoh berkata: Aku Mendengar Rosululloh bersabda:” Sesungguhnya amalan hamba muslim yang pertama kali dihitung pada hari kiamat adalah sholat wajib, jika ia menyempurnakan-nya (maka ia telah beruntung), jika tidak maka dikatakan kepada (para malaikat) : Perhatikanlah..! Adakah ia memiliki amalan sholat sunnah? Jika ia memilikinya maka lengkapilah (kekurangan) amalan sholat fardunya dengan amalan sholat sunnahnya, kemudian seluruh amalan sholat wajib diperlukan seperti itu.” (Shohih: shohih Ibnu Khuzaimah, Ibnu Majah, At-Tirmidzi dan An-Nasai’)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَاقَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَليَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ الظُّهْرِ سَجْدَتَيْنِ وَبَعْدَهَا سَجْدَتَيْنِ وَبَعْدَ اْلمَغْرِبِ سَجْدَتَيْنِ وَبَعْدَ اْلعِشَاءِ سَجْدَتَيْنِ وَبَعْدَ الْجُمُعَةِ سَجْدَتَيْنِ فَأَمَّا اْلمَغْرِبُ وَاْلعِشَاءُ وَاْلجُمُعَةُ فَصَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَليَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِهِ.

Dari Ibnu Umar berkata: “ Saya telah melakukan sholat bersama Rosululloh sebelum dzuhur sebanyak dua rokaat dan setelahnya dua rokaat dan setelah magrib dua rokaat dan setelah isya dua rokaat dan setelah jum’at dua rokaat, adapun sholat magrib, isya dan jum’at saya melaksanakannya bersama Nabi di rumahnya.” (H.R. Muslim no:729)

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ مُغَفَّلٍ اْلمُزَنِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ )) قَالَهَا ثَلاَثاً. قَالَ فِي الثَّالِثَةِ: (( لِمَنْ شَاءَ ))

Dari Abdulloh bin Mughofal al-Muzani berkata: Rosululloh telah bersabda: “Antara dua adzan (adzan dan iqomah) terdapat shalat (sunnah) .” Beliau mengatakannya tiga kali kemudian mengatakan pada ketiga kalinya .”Bagi yang mau.” (H.R. Muslim no:838)
Sholat Malam

Megerjakan sholat sunnah pada malam hari adalah bukti kesungguhan seorang hamba dalam mendekatkan diri kepada Robb-Nya, ciri-ciri orang yang bertaqwa. Nabi selalu mengerjakannya dan menggantinya pada siang hari di saat ia tidak bisa melakukannya pada malam hari.  Jumlah rokaatnya minimal satu rokaat dan maksimalnya sebelas rokaat. Ketika bulan romadhon, sholat malam dianjurkan untuk dikerjakan secara berjama’ah di masjid yang disebut dengan sholat tarawih. Waktu yang paling utama untuk mengerjakannya ialah pada sepertiga malam terakhir.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَليِّ مِنَ اللَّيْلِ ثَلَاثَ عَشَرَةَ رَكْعَةٍ يُوْتِرُ مِنْ ذَلِكَ بِخَمْسٍ لاَ يَجْلِسُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ فِي آخِرِهَا.

Dari Aisyah berkata: Rosululloh melakukan sholat malam sebanyak tiga belas rokaat dan melakukan sholat witir (ganjil) pada yang kelima, beliau tidak duduk kecuali pada yang terakhir.” (H.R.Muslim no:737)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : مَا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيْدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلىَ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً.

Dari Aisyah berkata: Tidaklah Rosululloh menambah (sholat) pada bulan romadhon dan selainya di atas sebelas rokaat.” (H.R. Al-bukhori no:1147)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَاقَالَ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَليَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنىَ فَإِذَا خَشِيَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلىَّ رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوْتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلىَّ.

Dari Ibnu Ummar berkata: bahwa Rosululloh bersabda: “ Sholat malam itu dua rokaat- dua rokaat dan jika kalian takut masuk waktu shubuh maka sholatlah satu rakaat sebagai pengganjil sholat yang telah di lakukannya.” (H.R. Muslim no:749)

Sholat Witir

Sholat witir termasuk sholat sunnah yang dianjurkan sekali, dikerjakan mulai setelah sholat isya hingga sebelum fajar terbit. Jika belum sempat sholat witir karena tertidur pulas hendaklah ia menggantinya sebelum sholat shubuh dan bagi orang yang khawatir tidak bangun pada sepertiga malam akhir dianjurkan mengerjakan sholat witir di permulaan malam, serta dianjurkan membaca do’a qunut pada sholat witir di rokaat akhir sebelmu ruku’.

(( مَنْ ظَنَّ مِنْكُمْ أَنْ لاَ يَسْتَيْقِظَ آخِرَاللَّيْلِ فَلْيُوْتِرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ ظَنَّ أَنَّهُ يَسْتَيْقِظُ آخِرَهُ فَلْيُوْتِرْ آخِرَهُ فَإِنَّ صَلاَةَ آخِرَاللَّيْلِ مَحْضُوْرَةٌ وَهِيَ أَفْضَلُ ))

Barangsiapa di antara kamu menduga tidak dapat bangun di penghujung malam, hendaklah ia sholat witir di permulaannya, dan barangsiapa di antara kamu yang menduga akan dapat bangun di penghujung malam, hendaklah ia sholat witir dipenghujung malam, karena sholat (sunnah) di penghujung malam itu di hadiri (para malaikat) serta lebih utama.” (H.R. Ahmad)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: مِنْ كُلِّ الَّليْلِ قَدْ أَوْتَرَ رَسُوْلُ اللهِ صَليَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْتَهَى وِتْرَهُ إِلىَ السَّحَرِ.

Dari Aisyah berkata: “ Setiap malam Rosululloh melakukan sholat witir dan menyelesaikan sholat witirnya hingga waktu shubuh (tiba).” (H.R. Al-Bukhori dan Muslim)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَليَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (( اِجْعَلُوْا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا ))

Dari Ibnu Umar bahwa Nabi bersabda: “ Jadikanlah akhir sholatmu di malam hari dengan shalat witir.” (H.R muslim no:751)

Sholat Dhuha

Nabi hampir tidak pernah meninggalkan sholat sunnah dhuha, yaitu sholat sunnah yang boleh dikerjakan mulai terbitnya sinar matahari naik setinggi tombak sampai tergelincirnya matahari, jumlah rokaatnya minimal dua rokaat dan maksimalnya delapan rokaat, boleh di kerjakan di rumah ataupun di mesjid.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ:كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَليِّ الضُّحَى أَرْبَعًا وَيَزِيْدُ مَاشَاءَ اللهُ.

Dari Aisyah berkata:”Rosululloh melakukan sholat dhuha empat rokaat dan belaiu menambahkan seperti yang dikhendaki Alloh .” (H.R.muslim no:719)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَليِّ سُبْحَةَ الضُّحَى قَطُّ وَإِنِّي لَأُسَبِّحُهَا وَإِنْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَدَعُ اْلعَمَلَ وَهُوَ يُحِبُّ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ خَشْيَةَ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ النَّاسُ فَيُفْرَضَ عَلَيْهِمْ.

Dari Aisyah berkata:”Aku tidak melihat Rosululloh selalu mengerjakan sholat dhuha tapi aku tetap malaksanakannya, dia meninggalkan amal ini karena takut di ikuti banyak orang sehingga seperti sholat fardu bagi meraka padahal Rosululloh sangat mencintai untuk melaksanakan sholat dhuha ini.” (H.R.Muslim no:718)

Sholat Sunnah Sesudah Berwudhu

Berwudhu dengan baik dan benar dapat menghapus dosa-dosa, menjadi pelita di hari kiamat nanti, dan akan menjadi ciri ummat Rosululloh , berwudhu juga tidak mesti di lakukan ketika hendak melaksanakan sholat wajib saja akan tetapi selalu dalam keadaan suci merupakan ibadah apalagi melakukan sholat sunnah setiap kali selesai berwudhu, ini juga dapat mengahapus dosa-dosa seorang hamba yang telah lampau.

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: إِنِّي سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (( لاَ يَتَوَضَأُ رَجُلٌ مُسْلِمٌ فَيُحْسِنُ اْلوُضُوْءَ فَيُصَلِّي صَلَاةً إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلاَةِ الَّتِي تَلِيْهَا )).

Dari Utsman bin Affan berkata:” Sesungguhnya saya telah mendengar Rosululloh bersabda: ”Tidaklah seorang muslim berwudhu lalu ia menyempurnakan wudhunya kecuali Alloh mengampuni dosanya di antara wudhunya saat itu hingga (wudhu) sholat berikutnya.” (H.R.muslim no:227)

(( مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ))

Barangsiapa yang berwudhu seperti caraku berwudhu kemudian berdiri sholat dua rokaat seraya tidak ada was-was dalam dirinya di antara wudhu dan sholatnya niscaya dosanya yang telah lalu diampuni.” (H.R. Al-bukhori no:159 dan Muslim no:226)

Sholat Istikhoroh

Rasa ragu dalam memutuskan perkara sering dirasakan oleh setiap manusia. Memohon kepada Alloh untuk memberi petunjuk jalan yang terbaik merupakan tindakan yang sangat tepat karena Alloh sangat mengetahui perkara yang baik dan yang buruk. Dan hendaknya ia mengerjakan dua rokaat sholat sunnah istikhoroh yaitu; Sholat sunnah meminta petunjuk agar dipilihkan yang terbaik baginya dalam suatu urusan lalu ia berdo’a. Sholat sunnah ini hanya dilakukan pada hal-hal yang dibolehkan dalam islam dan bukan pada hal-hal yang harom ataupun yang wajib karena hal itu sudah jelas larangan dan perintahnya.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا اْلاِسْتِخَارَةَ فيِ اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّوْرَةَ مِنَ اْلقُرْآنِ يَقُوْلُ: إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِاْلأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ اْلفَرِيْضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ اْلعَظِيْمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَمُ اْلغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِيْنيِ وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ: عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيْهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِيْنيِ وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْقَالَ: فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي بِهِ. قَالَ:” وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ “

Dari Jabir bin Abdulloh berkata: Rosululloh mengajarkan kepada kami sholat istikhoroh dalam berbagai permasalahan sebagaimana beliau mengajarkan kami satu surat dalam al Qur’an seraya bersabda: ” Jika salah seorang di antara kamu merasa bingung dalam menghadapi satu urusan hendaklah ia sholat dua rokaat di luar sholat wajib lalu ia berdo’a,

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ اْلعَظِيْمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَمُ اْلغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِيْنيِ وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ: عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيْهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِيْنيِ وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْقَالَ: فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي بِهِ

(Ya Alloh, aku meminta pilihan padaMu dengan ilmu-Mu, aku meminta keputusan kepada-Mu dengan kekuasaan-Mu dan aku meminta karunia-Mu yang agung karena engkau maha kuasa sedang aku tidak berkauasa dan engkau maha menghetahui sedang aku tidak menghetahui, sesungguhnya engkau menghetahui segala sesuatu yang ghaib, Ya Alloh jika engkau menghetahui bahwa urusan ini baik bagiku, bagi agamaku, kehidupanku dan akibat akhir urusan ini maka tetapkanlah untukku dan mudahkanlah bagiku, lalu berkahilah aku di dalamnya, begitu juga jika engkau menghetahui bahwa urusan ini buruk bagiku, bagi agamaku, kehidupanku dan akibat akhir urusanku ini maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku pula darinya, dan tetapkanlah untukku kebaikan apapun bentuknya dan ridhoilah aku didalamnya) Kemudian ia menyebutkan hajatnya.” (H.R.Albukhori no:1162)

Sholat Tahiyatul Masjid

Masjid adalah rumah Alloh yang suci, mengagungkan syi’ar-syi’arnya merupakan ketaqwaan kepada Alloh. Islam dibangun dari generasi yang dibesarkan di masjid. Oleh karena itu, menghormati masjid adalah suatu kewajiban. Dan di antara ibadah sunnah dalam menghormati masjid adalah melakukan sholat dua rokaat ketika memasuki mesjid sebelum duduk.

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ بْنَ رِبْعِيٍّ اْلأَنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ اْلمَسْجِدَ فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ)).

Dari Abu Qotadah bin Rib’iyin al-aAshory berkata: Nabi telah bersabda: “jika salah seorang diantara kalian memasuki masjid maka janganlah duduk hingga sholat dua.” (H.R. Al-bukhori no:1163)

Bogor 12-September-2010
Abu mujahidah al-Ghifari

Tinggalkan komentar

Awan Tag