Menghidupkan Sunnah, Menebar Hidayah

Dimana Allah

Barang kali banyak di antara kita termasuk saya pernah bertanya atau mungkin ditanya oleh seseorang bahwa sesungguhnya Allah SWT berada dimana? Dan barang kali juga banyak yang menganggap bahwa ini adalah masalah sepele. Oleh karena itu, sedikit ilmu yang ingin saya bagikan yang pernah saya dapat dari kajian, semoga bisa bermanfaat bagi teman-teman semua.

Mungkin bagi yang bertanya-tanya tentang hal tersebut,  tulisan saya berikut ini bisa membantu mengobati rasa haus akan ilmu. Dan bagi seseorang yang ditanya atau pernah ditanya hendaklah menjawab pertanyaan tersebut dengan ilmu, bukan hanya berdasarkan perkiraan atau menebak-nebak saja karena agama islam ini bukan berdasarkan pikiran atau tebak-tebakan manusia melainkan bersumber dari Allah yang disampaikan melalui Rasulnya.

Bagaimankah hukum syariat terhadap pertanyaan ini? Jawaban-jawaban yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah berada di setiap tempat atau ada dimana-mana merupakan jawaban yang batik. Jawaban yang sesuai dengan syariat adalah bahwa Allah berada di langit, di arsy, di atas semua makhluknya, dan ilmunya meliputi semua tempat sebagaimana yang di dukung dalam ayat-ayat Al Quran, hadits-hadits Rasulullah shalallahu ’alaihi wassalam dan ijma para ulama.

Dalam Al Quran, Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

” Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy…” (QS. Al A’raaf ayat 54)

Istiwa atau bersemayam mempunyai makna tinggi dan naik di atas arsy dengan keagungan Allah Subhanahu wata’ala, sedangkan mengenai bagaimana caranya tidak ada yang mengetahui kecuali Allah Subhanahu wata’ala.

Imam Malik rahimullah ketika ditanya mengenai hal ini, beliau menjawab

”Yang namanya istiwa itu sudah dimaklumi, sedangkan caranya tidak diketahui. Beriman dengannya adalah wajib dan bertanya tentangya adalah bidah”.  Yang dimaksud beliau adalah bertanya bagaimana caranya.

Beberapa ayat-ayat Al Qur’an yang menegaskan hal ini adalah

”…. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. Al Mu’min ayat 12)

”…. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik[1249] dan amal yang saleh dinaikkan-Nya….”. (QS Faathir ayat 10)

” ….Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” . (QS Al Baqarah ayat 255)

” Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang  di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?, atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?”.(QS. Al Mulk ayat 16-17)

Dengan demikian, perkataan-perkataan yang mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana atau di setiap tempat adalah sebatil-batik perkataan. Bahkan hal ini merupakan kekufuran terhadap dan pendustaan terhadap Rasulullah shalallahu ’alaihi wassalam karena Rasulullah pernah bersabda dalam hadits yang shahih

”Tidakkah kalian percaya kepadaku, padahal aku ini adalah amil, orang kepercayaan Dzat yang berada di langit”. Hadits ini terdapat dalam shahih Bukhari dan Shahih Muslim.

Demikian pula yang terdapat pada hadits-hadits yang menjelaskan seputar peristiwa isra dan miraj seta lainnya.

Jadi setela kita mengetahui permasalahan ini hendaknya ketika ditanya dengan pertanyaan ini hendaklah kita menjawab bahwa Allah swt berada di langit, sebagaimana jawaban seorang wanita ketika ditanya oleh Rasul shalallahu ’alaihi wassalam dan dia menjawab bahwa Allah berada di langit. Sedangkan bagi orang yang hanya mengatakan bahwa Allah itu ada, ini merupakan hanyalah jawab menghindar atau mengelak atau berkelit lidah saja. Bagi orang yang mengatakan bahwa Allah ada di setiap tempat dan ada dimana-mana jika yang dimaksud adalah Dzat Allah maka ini adalah kekufuran sebab merupakan pendustaan terhadap nash-nash yang menerangkan hal itu.

Wallahu ’alam bishawab

oleh muhamad ilyas

Referensi :

Kajian radio Fajri FM yang membahas Kumpulan Fatwa dan Risalah Syekh Ibnu Hutaimin Jus 1 halaman 132-133

Comments on: "Dimana Allah" (3)

  1. raihatuljannah said:

    Assalamu’alaykum Wr. Wb.
    Mas Ilyas, hati2 dalam mengaji, terutama untuk masalah aqidah dan tauhid

    silahkan dibuka, semoga bermanfaat.
    trmksh

    • Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,

      Jazakumullahu khairan atas nasehatnya.
      Bahwasanya kita harus hati-hati dalam hal apa pun tidak hanya masalah aqidah dan tauhid saja.

      Mohon maaf kepada saudara raihatuljannah, sengaja linknya saya edit, karena terus terang saja saya lebih nyaman untuk menanggapi komentar dari raihatuljannah sendiri daripada harus menanggapi suatu kelompok atau majelis, karena kesannya seperti konfrontasi. Mohon dimaklumi…
      Meskipun begitu saya mencoba untuk menaggapi tulisan yang raihatuljannah kasih, akan tetapi mohon kepada raihatuljannah untuk tidak mengkonfrontasi antara tulisan saya dengan kelompok atau majelis tertentu.

      Silahkan klik disini untuk melihat jawaban pertanyaan dan komentar mengenai tulisan ini.

      Jazaakumullaahu khairan,

      Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

  2. […] saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan tanggapan terhadap tulisan saya sebelumnya. Tanggapan-tanggapan tersebut menjadikan saya lebih berhasrat untuk mencari ilmu tentang hal […]

Tinggalkan komentar

Awan Tag